Teori ini menjelaskan bahwa individu yang memberikan makna pada dirinya sendiri, berarti juga memberikan makna pada orang lain. Makna terbentuk melalui interaksi dengan orang lain. Artinya makna merupakan proyek bersama. Makna di negoisasikan dengan bahasa melalui interaksi. Simbolic interactionism adalah cara kita untuk menginterprestasikan orang lain.
Berikut merupakan penjelasan lebih rinci tentang Symbolic Interactionism menurut Mead ;
Self adalah proses yang tumbuh dalam keseharian sosial yang membentuk identitas diri. Perkembangan self tergantung pada bagaimana seseorang melakukan role taking (pengambilan peran) dari orang lain. Dalam role taking kita mengimajinasikan tingkah laku kita dari sudut pandang orang lain. Proses role taking sendiri bagi seorang anak kecil dilakukan melalui empat tahap sebagaimana telah dijelaskan di atas.
Baik “I” maupun “me” keduanya diperlukan untuk melakukan hubungan sosial. “I” merupakan rumusan subjektif tentang diri ketika berhadapan dengan orang lain, sedangkan “me” merupakan serapan dari orang lain, yang melalui proses interanalisasi kemudian diadopsi untuk membentuk “I” selanjutnya.
Sehingga dengan demikian dalam setiap interaksi akan terjadi perubahan “I” dan “me” secara dinamis. Dalam konteks komunikasi, perubahan tersebut menimbulkan optimisme, yakni bagaimanapun komunikasi akan menimbulkan perubahan. Soal besar kecilnya perubahan dan seperti apa perubahan yang diinginkan itu tergantung pada strategi dan efektivitas komunikasi yang dilakukan.
Untuk memudahkan teman-teman dalam memahami Symbolic Interactionism saya berikan Contoh Kasus sebagai berikut :
Penggambaran adanya I, Me dan Self adalah kasus tentang Dewi Persik, yang terjadi beberapa waktu lalu telah mendapat kecaman untuk tampil di beberapa daerah oleh tokoh – tokoh masyarakat. Dalam penampilannya, Dewi Persik terkenal dengan pengdandut yang selalu mengenakan baju seksi serta amat terbuka, terbukti dia berkali – kali mengalami kasus kemben merosot, selain itu, Dewi Persik juga pengdangdut yang terkenal dengan goyangan yang seronok untuk penontonnya di layar televisi.
Dewi Persik belum kapok dengan terjadinya kasus kemben merosot, dia masih saja menggunakan pakaian – pakaian terlalu terbuka dalam aksi panggungnya, dan kejadian tersebut terulang berkali – kali. Pada saat terjadinya kasus tersebut Dewi Persik sedang melakukan interaksi dengan penonton dipanggung, dan pemirsa di televisi, sehingga berbagai kalanganpun kemungkinan sedang menonton acara tersebut wartawan, tokoh agama, masyarakat umum, berarti secara tidak langsung Dewi Persik melakukan interkasi dengan mereka melalui layar televisi. Menurut Teori Simbolic, makna terbentuk dan didapat melalui interkasi – interaksi dengan orang lain. Sehingga masyarakat luas dan wartawanpun memaknai Dewi Persik sebagai ”Penyanyi Kemben Merosot” . Dan Dewi Persik menjadi lengket dengan makna tersebut. Sehingga persepsi yang terbangun atas dirinya sebagai artis yang senang menggunakan pakaian – pakaian terbuka, karena image yang dibangun olehnya sendiri.
Sebagai ”I”, Dewi tetap yakin bahwa apa yang dilakukannya hanya sebagai tuntutan profesi kerja yang dia anggap hanya untuk menghibur penonton. Berikut contoh ungkapan dari dalam diri ”I” Dewi menanggapi kritik – kritik dari masyarakat yang diangkat di media ”Saya melakukan tuntutan kerja dalam profesi saya, bagaimana cara saya berpenampilan atau berpakaian adalah hak saya selama saya nyaman mengenakannya”. Anggapan tentang dirinya sendiri merupakan respon dan interprestasi dari hasil interkasi dengan orang lain dalam hal ini public.
Sebagai ”Me”, Dewi mengartikan atas penampilannya ”Saya hanya melaksanakan tugas sebagai seorang penyanyi, supaya tampil tidak membosankan, saya akan selalu memikirkan bagaimana agar tetap nyaman pada saat tampil menghibur penonton dan penonton-pun juga terhibur oleh saya, pakaian atau kostum yang saya kenakan merupakan satu kesatuan dalam suatu penampilan dipanggung, kalau saya merasa nyaman otomatis aksi saya dalam panggung akan juga memuaskan”.
Karena Dewi merasa dalam gaya berpakaian adalah haknya, pakaiannya-pun semakin terbuka, banyak masyarakat luas yang mengecam akan penampilannya di televisi maupun beberapa daerah, hal itu juga disampaikan oleh beberapa tokoh – tokoh masyarakat dan aksi protes dari masyarakat yang ditayangkan di layar televisi.
Dewi Persik, menyadari dengan aksi – aksi yang dilakukan oleh masyarakat dan protes tokoh agama dan masyarakat yang ditayangkan di televisi, akan membentuk image dirinya yang lebih buruk lagi dalam mata publik. Dalam Diri Dewi Persikpun terjadi proses berfikir atau interkasi dalam bathin ”Apabila seorang Dewi Persik menentang beribu orang yang notabene adalah publik yang juga merupakan customernya dalam hal ini, maka kemungkinan banyak masyarakat yang akan menolak kehadiran saya di layar televisi, dan ini akan mengurangi tawaran menyanyi ditelevisi”
Sejalan dengan gencar – gencarnya aksi protes dari masyarakat terhadap Dewi Persik, diapun mencoba mengerti atas apa yang menjadi problema dalam Publik terhadap gaya berpenampilannya, Dewi mencoba berfikir dari sudut pandang Publik yang memang masih sangat menjaga budaya ketimuran yaitu berpenampilan sopan tidak terbuka. Dalam berpenampilannya pun telah mengalami perubahan, pakaian yang sudah tertutup bila dibandingkan dengan sebelumnya, dan tidak over terbuka. Proses tersebut menggambarkan ”Self”, Dewi melakukan proses terhadap kejadian yang dialaminya, mengapa demikian, apa yang sebenarnya diinginkan oleh publik, apa yang melandasi publik melakukan protes – protes tersebut, Dewi berusaha berfikir dari sudut pandang publik, agar dia tidak dimusuhi oleh publik yang dalam hal ini adalah customernya, tetapi dewi berfikir agar justru disenangi oleh publik dalam setiap penampilannya.
Dalam ”Self”, Perkembangan self tergantung pada bagaimana seseorang melakukan role taking (pengambilan peran) dari orang lain dalam hal ini Publik. Role Taking kita mengimajinasikan tingkah laku kita dari sudut pandang orang lain. Dewi atau setiap orangpun akan mengalami proses ”Self”, untuk kelangsungan interaksinya di lingkungan tertentu.
Symbolic Interactionism ini, bisa membantu dalam proses memaknai pesan sehingga dapat lebih peka terhadap efek yang akan ditimbulkan untuk diri sendiri dan orang lain.